Skip to main content

Kesehatan adalah hal yang paling utama. Orang yang sehat dapat beribadah dengan baik. Mereka juga bisa bekerja dengan normal dan produktif. Mereka bisa berbagi dengan sesama.

Tapi jika sudah sakit, ibadah jadi tidak sempurna. Produktivitas menurun. Dampaknya kurang maksimal untuk berbagi.

Penyakit datang atas izin Allah. Baik itu sakit fisik maupun non fisik. Manusia tidak ada yang ingin sakit. Manusia ingin produktif dan berkarya. Namun ketika sedang sakit, manusia terhalang untuk beraktivitas secara maksimal. Syukur-syukur masih minimal, karena ada juga yang terhenti sama sekali

Sakit tidak hanya fisik tapi bisa menyerang mental. Sakit mental ini seringkali diabaikan karena wujudnya yang tidak terlihat atau intangible. Sakit mental bisa dipicu oleh intimidasi, perundungan, pelecehan, dan lainnya. Diantara penyakit mental yang berbahaya adalah depresi. Penanganan penderita depresi tidak boleh sembarangan, harus dengan orang profesional atau psikiater.   Al Quran mengajarkan kepada mereka yang sehat untuk menemani yang sedang sakit mental.

Tidak hanya menemani, tetapi juga membantu masalah hidupnya. Bukan sebaliknya justru menakut-nakuti dengan stigma kurang iman, pendosa, kufur nikmat, dll. Stigma-stigma tersebut justru merupakan perilaku orang-orang yang pernah mencemooh Bunda Maryam.

Sangat relevan jika kemudian lahir komunitas-komunitas untuk membantu mereka yang sedang sakit. Ini bisa menjadi ladang dakwah bagi organisasi Islam. Umat Islam agar mengambil peran nyata karena ini juga bagian dari perintah Al quran. Apalagi karakter ajaran Islam adalah senantiasa menggembirakan dan mengajak orang untuk optimis secara berjamaah.

Namun tidak perlu bersedih. Ada sebuah hadits yang dapat membesarkan hati orang-orang mukmin yang sedang sakit.

 عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إذا مَرِض العَبد أو سافر كُتِب له مثلُ ما كان يعمل مقيمًا صحيحًا».

Abu Musa Al-Asy’ariy -raḍiyallāhu ‘anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila seorang hamba sakit atau melakukan perjalanan, maka akan dicatat baginya seperti amalan yang biasa ia lakukan ketika dalam keadaan mukim dan sehat.” (HR Bukhari)

Namun sakit bagi orang-orang shalih adalah tanda kecintaan dari Allah, bukan orang yg dibenci. Jadi sakit tidak selalu identik dengan kesalahan dan azab. Ibarat sepasang kekasih yang sedang cubit-cubitan, bukan rasa sakit tapi yang muncul adalah kasih sayang.

Leave a Reply