Skip to main content

smaim.sch.id__Sudah pernah mendengar nama ini? Beliau adalah salah satu shahabiyah penting yang dalam banyak riwayat sejarah dijadikan sebagai salah satu dokter pertama dalam sejarah Islam. Beliau sungguh-sungguh dalam belajar ilmu keperawatan sehingga menjadi tokoh referensi yang dijadikan rujukan para sahabat yang sedang sakit.

Rufaidah Al Aslamiyah merupakan shahabiyah dari Bani Aslam, Keluarga dari Kabilah Khazraj yang artinya merupakan Kaum Anshar. Sebelum terkenal sebagai dokter, Rufaidah terkenal sebagai seorang pemimpin wanita yang menginisiasi penyambutan Rasulullah ketika datang pertama kalinya ke Madinah. Suaranya didengar, beliau pandai pula mengorganisir wanita-wanita Anshar untuk berdaya maksimal membantu dakwah.

Kehebatan Rufaidah dalam bidang kedokteran membuat Aisyah binti Abi Bakr juga menjadi salah satu muridnya yang belajar ilmu perawatan bersama wanita Anshar lainnya. Dalam perkembangan Negara Madinah yang dipimpin oleh Rasulullah ﷺ, Rufaidah berperan sebagai ahli statistik yang memastikan anak-anak Madinah mendapatkan gizi yang baik dan orang-orang sakit mendapatkan perawatan medis. Seperti itu dituangkan oleh Salin Al Hassani dalam tulisannya “Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation: Science, Medicine, and Politics.”

Dalam Kitab Adabul Mufrad, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rufaidah Al Aslamiyah juga memiliki semacam “stand” khusus di dekat Masjid Nabawi untuk melayani orang-orang sakit. Salah satunya riwayat seorang sahabat bernama Mahmud bin Lubaid Radhiyallahu Anhu ketika ia terima luka pada pertempuran Khandaq, “para sahabat membawanya pada seorang shahabiyah bernama Rufaidah” (HR Bukhari)

Ternyata setelah dipelajari, Rufaidah Al Aslamiyah memang memiliki darah kedokteran dari keluarganya. Ayahnya, Sa’ad Al Aslami juga merupakan seorang dokter kalangan Anshar. Itulah salah satu faktor yang membuat shahabiyah ini menjadi salah satu wanita Anshar terpenting di Madinah. Apalagi di tenda-tenda pertempuran, Rufaidah sudah tentu bertugas sebagai koordinator tim medis sahabat di banyak peperangan yang mereka jalani untuk membela Islam.
.
Dari Rufaidah Al Aslamiyah kita belajar, bahwa berjuang untuk dakwah bisa dengan apa saja keahlian kita. Tak mesti di mimbar tak tak mesti pula dengan kata-kata. Keteladanan, profesionalisme dan potensi kita adalah satu kekuatan amat berharga yang akan melambungkan dakwah dan menolong agama Allah. Siap berjuang dengan potensimu?
.
Sumber :

  1. Al Adab Al Mufrad, Imam Al Bukhari
  2. Jan, R. (1996). Rufaida Al-Asalmiya, the first Muslim nurse.
  3. Salin Al Hassani, “Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation: Science, Medicine, and Politics.”