Oleh : Arip Saripudin, Ph.D
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran dunia digital, umat Islam kembali diingatkan akan pentingnya meneladani akhlak Rasulullah Muhammad SAW. Beliau bukan hanya seorang nabi dan rasul, tetapi juga manusia dengan akhlak yang sempurna, sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat manusia, baik dalam ibadah, kepemimpinan, maupun akhlak sehari-hari.
Kasih Sayang Rasul untuk Umatnya
Al-Qur’an menggambarkan kelembutan hati Rasulullah SAW:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keselamatan bagimu, dan amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128).
Ayat ini menunjukkan betapa Nabi Muhammad SAW begitu peduli dengan penderitaan umatnya. Beliau tidak pernah menginginkan keburukan menimpa pengikutnya, bahkan selalu berdoa agar umatnya memperoleh ampunan dan rahmat Allah.
Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an
Sayyidah Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Nabi. Ia menjawab singkat: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an” (HR. Muslim). Artinya, setiap perilaku Nabi mencerminkan nilai-nilai luhur Al-Qur’an yang penuh rahmat, kejujuran, keadilan, dan kasih sayang.
Relevansi bagi Kehidupan Modern
Meneladani Rasulullah SAW di era digital berarti menghadirkan nilai akhlak beliau dalam aktivitas sehari-hari.
• Dalam bermedia sosial: menjaga lisan dan tulisan dari ujaran kebencian, hoaks, atau fitnah.
• Dalam bermasyarakat: menebarkan salam, mempererat silaturahim, dan peduli terhadap sesama.
• Dalam keluarga: menghidupkan kasih sayang, mendidik anak dengan keteladanan, dan membangun rumah tangga berdasarkan iman.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Penutup
Krisis moral yang melanda dunia modern menuntut kita untuk kembali kepada suri teladan Rasulullah SAW. Meneladani beliau bukan sekadar kewajiban spiritual, tetapi juga kebutuhan sosial untuk membangun peradaban yang berlandaskan rahmat, keadilan, dan kasih sayang.
Dengan demikian, menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan bukan hanya bagian dari ibadah, melainkan juga solusi nyata untuk membangun umat yang berakhlak mulia di tengah tantangan zaman.