Oleh: Umi Fadhillah, S.Si
Kita hidup di zaman yang serba cepat. Informasi bisa datang ke handphone kita setiap detik entah dari media sosial, berita online, atau grup WhatsApp. Sayangnya, tidak semua informasi itu benar. Banyak orang, mudah ikut-ikutan tanpa sempat berpikir terlebih dulu. Ada yang cepat percaya berita hoax, ada yang ikut tren gaya hidup konsumtif, bahkan ada yang asal ikut challenge media sosial hanya supaya dianggap gaul. Ada challenge baru di TikTok, buru-buru ikut. Ada tren gaya pakaian tertentu, langsung merasa harus punya. Bahkan kalau tidak ikut, muncul rasa takut ketinggalan. Akhirnya, banyak hal dilakukan bukan karena kebutuhan atau manfaat, tapi hanya karena takut dianggap tidak gaul. Sayangnya, kebiasaan ikut-ikutan tanpa berpikir bisa bikin kita salah arah dan kehilangan jati diri.
Dalam Islam kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, bukan sekadar pengikut arus. Dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali mengingatkan: “Apakah kalian tidak berpikir?” Allah juga menegaskan bahwa umat Islam adalah khaira ummah (umat terbaik) yang seharusnya memberi teladan, bukan hanya mengikuti. Rasulullah ﷺ pun selalu mencontohkan sikap kritis: tidak menerima begitu saja tradisi jahiliyah, tapi menimbang dengan akal sehat dan wahyu. Artinya, seorang Muslim sejati adalah yang berani berpikir dan memilah, bukan asal ikut-ikutan.
Kalau kita lihat kondisi sekarang, ajakan untuk berpikir jadi semakin penting. Hoax dan berita palsu menyebar lebih cepat daripada kebenaran. Budaya hedonis dan pamer di media sosial mendorong orang hidup konsumtif. Nilai-nilai asing kadang diikuti begitu saja, meski bertentangan dengan ajaran Islam.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Pertama, biasakan cek dulu informasi sebelum percaya atau menyebarkannya—ini sesuai dengan ajaran tabayyun dalam Islam. Kedua, belajar berpikir kritis: tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini bermanfaat? Apakah ini sesuai ajaran Islam?” Ketiga, bangun kepercayaan diri sebagai Muslim—tidak perlu minder kalau berbeda dengan tren yang salah. Keempat, biasakan diskusi sehat di keluarga dan sekolah, agar terbiasa berpikir sebelum bertindak. Terakhir, luangkan waktu untuk merenung (tafakkur) tentang ciptaan Allah, agar pikiran lebih jernih dan hati lebih tenang.
Sebagai muslim kita tidak boleh hanya menjadi generasi ikut-ikutan. Kita harus jadi generasi yang mau berpikir, berani memilah mana yang baik dan mana yang tidak sesuai. Dengan berpikir jernih, iman yang kuat, dan akhlak yang baik, umat Islam bisa menjadi cahaya di tengah gelapnya zaman. Inilah cara kita menunjukkan bahwa Islam benar-benar rahmat bagi seluruh alam.