Oleh : Arip Saripudin, S.Pd.I, M.A, Ph.D
Di tengah derasnya arus zaman, di mana gaya hidup bebas, krisis identitas, dan kemerosotan moral menjadi pemandangan biasa, anak muda yang tetap teguh dalam ketaatan kepada Allah sungguh merupakan pribadi yang istimewa. Ia bukan sekadar berbeda, tapi ia luar biasa — karena melawan arus jauh lebih sulit daripada sekadar mengikuti tren.
Ketaatan Itu Tidak Datang Sendiri
Menjadi taat tidak terjadi secara otomatis. Ia butuh bimbingan, lingkungan yang mendukung, dan proses panjang pembentukan karakter. Salah satu tempat terbaik untuk itu adalah pondok pesantren — tempat di mana anak dibentuk bukan hanya menjadi pintar, tapi juga beriman, berakhlak, dan kuat mental.
Sayangnya, Banyak yang Belum Menyadari…
Banyak orang tua mendaftarkan anak ke pesantren, tapi belum sepenuh hati memahami visi besarnya. Belum genap enam tahun pendidikan selesai, anak-anak sudah ditarik pulang — alasannya sederhana:
“Ilmu agamanya sudah cukup.”
Padahal, ilmu iman dan akhlak tidak pernah cukup. Ia butuh pendalaman seumur hidup, apalagi di masa muda yang penuh gejolak dan godaan. Banyak anak yang akhirnya kembali ke lingkungan asal dengan bekal keimanan yang belum cukup kuat — dan perlahan mereka terseret kembali ke arus kehidupan duniawi yang melalaikan.
Ini adalah titik kritis yang banyak luput dari perhatian.
Orang tua merasa tugas selesai, padahal justru sedang dimintai pertanggungjawaban lebih besar di hadapan Allah.
Anak yang Taat, Cahaya untuk Keluarganya
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa tujuh golongan akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah:
“Anak muda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bukan hanya itu, anak yang taat bahkan bisa menjadi penyelamat keluarganya di akhirat. Mereka yang menghafal Al-Qur’an dan menjaga amalnya akan memberikan syafaat — memohonkan keselamatan untuk orang tuanya.
Betapa besar pahala dan kemuliaan yang Allah sediakan bagi para orang tua yang menjaga anak-anaknya tetap dalam jalur ketaatan, dan terus membimbing mereka agar kuat di tengah derasnya fitnah akhir zaman.
Pesantren:
Ladang Pembentukan Ketaatan
Di pesantren, anak-anak tidak hanya diajarkan ilmu agama dan dunia secara seimbang, tetapi juga dibina untuk bangun malam menunaikan shalat tahajud. Dibiasakan puasa sunnah dan menjaga amalan harian. Dibimbing langsung oleh guru, bukan hanya saat benar, tapi juga saat mereka salah. Dibentuk karakternya untuk menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan penuh hormat. Dengan hidup yang teratur, pengawasan spiritual, dan nilai-nilai yang tertanam kuat, anak-anak diarahkan untuk tumbuh menjadi generasi rabbani — cerdas akalnya, bersih hatinya, dan kuat imannya.
Kesimpulan:
Cukup Satu Anak yang Kita Jaga Dalam Ketaatan
Jika kita merasa sulit mendidik semua anak sekaligus dalam ketaatan penuh, cukup satu saja yang benar-benar kita arahkan dan kita kawal — misalnya, melalui pendidikan pesantren. Jangan anggap remeh satu anak yang taat. Ia bisa menjadi penyelamat bagi orang tua dan keluarga besar di akhirat.
Didiklah anak kita bukan hanya untuk sukses di dunia, tapi juga menjadi pemberi syafaat di akhirat. Orang tua yang cerdas adalah mereka yang tidak hanya menyiapkan warisan harta, tetapi juga menyiapkan generasi taat yang menjadi jembatan menuju surga.
Mari kita bimbing anak-anak kita untuk tetap berada di jalan ketaatan — karena di situlah letak kemuliaan mereka, dan keselamatan kita