Oleh : Arip Saripudin, S.Pd.I., M.A., Ph.D
Samarinda – Tanggal 15 Agustus 2025 membawa kita pada renungan mendalam tentang arti kemerdekaan. Dulu, para tokoh agama, pemuda, dan masyarakat berjuang melawan penjajah asing demi membebaskan negeri ini dari belenggu penindasan fisik, ekonomi, dan ideologi. Mereka mempertaruhkan segalanya demi satu kata yang sakral: merdeka.
Namun, pertanyaannya, apakah kita benar-benar sudah merdeka? Atau jangan-jangan, kita masih menjadi tawanan—bukan oleh kekuatan asing, tapi oleh musuh yang jauh lebih dekat: hawa nafsu kita sendiri.
Al-Qur’an menggambarkan kemerdekaan sejati sebagai kebebasan dari perbudakan hawa nafsu. Allah berfirman:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh, Surga lah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 40–41)
Orang yang merdeka adalah mereka yang mampu menundukkan hawa nafsu, bukan yang diperbudak olehnya. Sebaliknya, orang yang tidak takut kepada Allah, merasa aman saat bermaksiat, sejatinya sedang dijajah oleh keinginan-keinginannya sendiri.
Fenomena ini nyata di sekitar kita. Koruptor, misalnya, adalah contoh gamblang dari manusia yang tidak merdeka. Mereka diperbudak oleh keserakahan, tidak puas dengan gaji yang sah, lalu menghalalkan segala cara untuk menambah pundi-pundi harta. Padahal, Allah telah memperingatkan:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil…” (QS. Al-Baqarah: 188)
Begitu pula dengan para penjudi. Mereka bukan sedang menghibur diri, tapi perlahan-lahan menjerumuskan hidupnya ke jurang kemiskinan dan kehancuran. Allah secara tegas melarang perbuatan itu:
“Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, berhala, dan mengundi nasib adalah perbuatan keji dari setan. Maka jauhilah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah: 90)
Kemerdekaan sejati, bagi seorang Muslim, bukan sekadar terbebas dari kekuasaan manusia lain. Kemerdekaan yang hakiki adalah berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan, men-tauhid-kan Allah, tunduk hanya kepada-Nya, dan bebas dari segala bentuk peribadatan kepada selain Allah.