Oleh: Siti Hartiah, S.H
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Al malikul Haqqul Mubiin yang memberikan kita keimanan dalam Islam, sehingga kita masih istiqamah menjalankan PerintahNya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada suri tauladan termulia Nabi Muhammad saw, beserta sahabat, keluarga, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Keberkahan, sebuah kata yang sering kita dengar, melampaui sekadar memiliki harta melimpah atau jabatan tinggi. Keberkahan adalah rasa cukup, ketenangan, dan kepuasan yang muncul dari hati yang bersyukur. Keberkahan adalah ketika sedikit rezeki terasa melimpah, dan ketika cobaan terasa sebagai ladang pahala. Namun, keberkahan tidak bisa berdiri sendiri. Ia membutuhkan pasangan yang seimbang, yaitu keseimbangan hidup.
Keseimbangan (At-Tawazun) merupakan salah satu prinsip ajaran Islam yang membuka jalan nilai-nilai kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang menciptakan kebahagiaan dan ketentraman. Keseimbangan dalam hidup bukan berarti membagi waktu secara matematis antara pekerjaan, ibadah, dan keluarga. Keseimbangan yang hakiki adalah kemampuan menempatkan setiap aspek kehidupan pada porsinya tanpa ada yang terabaikan, di mana pekerjaan tidak mengorbankan ibadah, dan ibadah tidak membuat kita lalai dari tanggung jawab duniawi.
Firman Allah Swt dalam surah Al-Qashah ayat 77:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ayat ini dengan jelas mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada kehidupan akhirat, tetapi juga tidak melupakan hak kita di dunia. Mencari kebahagiaan akhirat berarti beribadah dengan Ikhlas. Memanfaatkan kesempatan dunia yang Allah berikan untuk meraih kemuliaan di akhirat. Bekerja, berkarya, menunaikan hak-hak merupakan bagian dari ibadah yang berbalas pada akhirat. Keseimbangan inilah yang akan mendatangkan keberkahan.
Kesimpulan:
- Keberkahan adalah Buah dari Keseimbangan: Keberkahan sejati tidak datang dari kekayaan yang melimpah, melainkan dari hati yang seimbang dalam menjalani hidup. Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat adalah kunci utama untuk meraih keberkahan.
- Menunaikan Hak adalah Ibadah: Menjaga kesehatan diri, memenuhi kebutuhan keluarga, dan berinteraksi sosial dengan baik adalah bagian dari ibadah yang dianjurkan. Mengabaikan salah satu hak ini, sekalipun atas nama ibadah, justru dapat mengurangi nilai ibadah itu sendiri.
- Hati yang Bersyukur: Rasa cukup dan ketenangan adalah tanda keberkahan yang paling nyata. Ketika kita bisa mensyukuri apa yang kita miliki, baik banyak maupun sedikit, hati akan merasa damai. Keseimbangan hidup membantu kita untuk tidak terlalu serakah mengejar dunia dan tidak terlalu fanatik meninggalkan dunia.
Keberkahan adalah hadiah dari Allah Swt bagi hamba-Nya yang beribadah, berikhtiar, dan juga menjaga hak-hak di dunia ini. Keseimbangan adalah kunci, dan keberkahan adalah buah manisnya.