Oleh: Al Adhim Ramadhan Suwandhita
Seringkali kita menganggap belajar itu identik dengan menghafal. Kita menumpuk fakta, definisi, dan rumus di kepala, berharap suatu hari nanti bisa menggunakannya. Namun, belajar yang sejati bukanlah sekadar mengisi memori seperti mengisi rak buku. Belajar adalah proses memahami, mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan, serta menggunakannya untuk memecahkan masalah. Menghafal tanpa memahami ibarat menyalin peta tanpa pernah menjelajahi daerahnya.
Menghafal memang memiliki tempatnya, terutama dalam mengingat ayat, rumus, atau kosa kata. Tetapi jika hanya berhenti di sana, ilmu akan mudah hilang. Pemahamanlah yang membuat pengetahuan melekat lebih lama. Ketika kita paham, kita dapat menjelaskan kembali dengan bahasa sendiri, mengajarkannya kepada orang lain, bahkan menerapkannya dalam situasi yang berbeda. Inilah yang membuat ilmu menjadi hidup dan bermanfaat.
Belajar dengan memahami menuntut kita untuk aktif bertanya: Mengapa hal ini terjadi? Bagaimana kaitannya dengan yang sudah saya ketahui? Apa manfaatnya untuk saya dan orang lain? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membuka pintu berpikir kritis dan kreatif. Dengan begitu, kita tidak hanya menerima informasi mentah, tetapi juga mengolahnya menjadi pemikiran yang matang.
Di dunia yang terus berubah, kemampuan memahami dan berpikir kritis jauh lebih berharga dibanding sekadar hafalan. Informasi bisa ditemukan dengan cepat di zaman teknologi ini, tetapi kemampuan untuk memilah, menganalisis, dan menggunakannya secara tepat adalah keterampilan yang membedakan pelajar sejati dari sekadar penghafal.
Mari kita jadikan proses belajar sebagai perjalanan yang penuh makna. Jadilah pelajar yang tidak hanya mengumpulkan kata-kata, tetapi juga menanamkan hikmah di hati. Dengan begitu, ilmu yang kita miliki bukan hanya menjadi hiasan pikiran, melainkan bekal untuk menjalani kehidupan, memberi manfaat bagi sekitar, dan menjadi cahaya bagi masa depan.
“Jangan hanya menjadi gudang hafalan, jadilah mata air pengetahuan yang mengalir dan memberi kehidupan.”