Skip to main content

Dalam menjalani kehidupan, tentu setiap manusia memiliki perencanaan, harapan, dan juga cita-cita. Di sisi lain, manusia juga mendapatkan cobaan dan ujian dari Allah selain dari nikmat dan rezeki yang dilimpahkan. Setiap mukmin ketika memiliki hajat, sedang gundah gulana, ataupun bimbang terhadap suatu hal, maka seyogyanya memanjatkan doa. Karena dengan berdoa menunjukkan sifat kelemahan manusia di hadapan Allah Ta’ala sekaligus memperkuat dimensi Tauhid Rububiyyah Allah.

Tauhid rubbubiyah menjadi kuat karena ketika hamba memohon kepada Allah Ta’ala. Semakin memperkuat, memperkokoh dan menegaskan bahwa hak prerogatif yang memberikan rezeki, nikmat, kebahagiaan, kesedihan, bencana, dan segala sesuatu pemberian hanyalah dari Allah Ta’ala.

Namun pada pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas tentang Tauhid Rububiyyah ataupun hal yang berkaitan dengan ilmu tauhid. Melainkan kita akan mengkaji dan membedah makna doa dan seputarnya.

Segala sesuatu yang sudah terdapat di dalam hati dan dicurahkan kepada Allah Ta’ala baik itu masih ataupun sudah terucapkan setelah salat, di waktu yang mustajab, maka Insya Allah, Allah akan mendengar apa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya. Namun sebagai manusia biasa terkadang rasa khawatir, jenuh, dan bosan berdoa kepada Allah itu hadir dan menjebak manusia.

Padahal, sejatinya Allah yang selalu mendengar keluh kesah, gundah dan apa-apa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Bahkan Allah sangat senang dengan hamba-Nya yang memohon langsung kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an surah Ghafir: 50, Allah berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.

Selain itu, di dalam Surat al-Baqarah: 186, Allah berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Sehingga berdasarkan ayat di atas, seyogyanya seorang hamba senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah. Karena apabila seorang manusia memohon kepada Allah, niscaya Dia akan mewujudkan dan memenuhi permintaan hamba-Nya. Tentu dengan penuh kesadaran untuk senantiasa memenuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan masih banyak dalil-dalil dan perintah dari Allah dan Rasul-Nya berkaitan dengan doa.

Sumber            : https://ibtimes.id/apa-makna-dari-sebuah-doa/
disadur oleh     : Admin SMAIM