Skip to main content

Oleh: Sweet Nabila Imsaki Aulia, S.Pd., M.M

Pendidikan kewirausahaan menjadi proses pembelajaran yang menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk memulai, mengelola, dan mengembangkan usaha, yang tidak hanya fokus terhadap aspek bisnis tetapi juga pada pengembangan soft skills seperti kreativitas, kepemimpinan, dan pemecahan masalah. Pendidikan kewirausahaan menjadi bekal untuk siswa dalam menyosong masa depan yang akan menjadi jalan keluar dalam mengatasi masalah pengangguran dan keterbatasan lapangan kerja terutama di negara berkembang seperti Indonesia (Hurriah, 2020). Kata wirausaha (enterpreneur) sendiri berasal dari Bahasa Prancis, entre (antara) dan prendre (mengambil). Jika digabungkan akan menggambarkan orang yang berani mengambil risiko dan memulai sesuatu yang baru (Chintya Pradilla Putri & Zuhrinal M Nawawi, 2023).

Berwirausaha membantu individu memperoleh pendapatan tambahan, membuka lapangan kerja, dan memajukan karis, serta membantu perekonomian negara (Mustofa et al., 2022). Dalam agama Islam, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم beliau merupakan seorang wirausaha. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memberikan contoh bagaimana melakukan wirausaha dengan benar dan professional. Dalam dunia wirausaha, kepercayaan menjadi modal yang paling besar (Sitepu, 2016). Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 119, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang jujur.”

Pesantren atau boarding school memiliki keunggulan tersendiri dari sekolah umum. Pesantren menjadi tempat pembentukan karakter (rutinitas ibadah, disiplin waktu, dan pembelajaran agama). Para santri sudah ditempa untuk memiliki etos kerja tinggi dan mental semangat juang yang tinggi. Dipadukan dengan pembelajaran pendidikan kewirausahaan di pesantren, akan membentuk generasi yang tidak hanya beriman dan berilmu, tetapi juga berdaya secara ekonomi. Pendidikan kewirausahaan membekali santri dengan keterampilan praktis dan jiwa wirausaha agara mandiri secara ekonomi setelah lulus, tidak hanya dalam bisnis tapi juga aspek non bisnis.

Santri yang selama ini kita kenal sebagai penjaga nilai-nilai moral dan agama, kini mulai berkembang menunjukkan diri sebagai calon penggerak ekonomi bangsa. Santri menjadi wadah untuk mendapatkan dan memberikan jiwa wirausaha untuuk menjadi manusia sukses di masa depan. Melalui pendidikan kewirausahaan di SMA, para santri diajarkan untuk berinovasi dan menggembangkan kreativitas usaha yang bisa menembus pasar ekspor. Di sekolah SMA Istiqamah Muhammadiyah Samarinda para santri diajarkan untuk merawat dan mengelolah tanaman hidroponik, serta belajar beternak kambing, melalui bimbingan para guru. Bahkan kami juga sering mengadakan kegiatan market day atau business day untuk para santri agar terlibat dalam transaksi jual beli. Inilah yang menjadi semangat dari gerakan “Santri Go Global”, menyiapkan para santri tidak hanya saleh dalam akhlak tetapi memiliki daya saing global. Kita tidak akan tahu, melalui gerakan kecil di sekolah lewat pendidikan kewirausahaan, nanti nya akan mengantarkan para santri menjadi pebisnis berskala eskpor di masa depan.

Gerakan “Santri Go Global” membuka wawasan santri bukan hanya sekedar “belajar untuk bekerja” tetapi “belajar” untuk menciptakan lapangan kerja. Salah satu yang menjadi panutan SMA Istiqamah Muhammadiyah adalah Pondok Pesantren Trubus Iman di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dimana sudah berhasil dalam ekspor vanila dan porang ke luar negeri. Ini menjadi bukti nyata bahwa lingkungan pesantren menjadi tempat bimbingan wirausaha untuk para santri dan menumbuhkan semangat ekspor. Menjadi beriman dalam berwirausaha menjadi hal yang penting. Tanpa beriman berwirausaha hanya menjadi ambisi pribadi tanpa mengindahkan aturan yang baik. Melalui keimanan, tujuan dan cara berwirausaha menjadi indah sebagaimana teladan Rasulullah (Admin SUMU, 2024).

Kunci keberhasilan pendidikan kewirausahaan adalah pendampingan guru dan pendekatan kurikulum. Guru tidak hanya sekedar memberi teori dan pengetahuan, tetapi juga terlibat dalam praktik baik dengan para santri dan menjadi penghubung ide kreativitas santri dengan dunia. Para santri tidak hanya belajar “bagaimana menjual produk”, tetapi juga memahami “bagaimana menjadi bagian di pasar global”. Pembelajaran di pesantren mengajarkan nilai moral dan kejuruan. Para santri yang belajar kewirausahaan tidak hanya dituntut untuk kreatif dan cerdas dalam berdagang, tetapi juga adil, bertanggung jawab, dan jujur dalam berwirausaha, seperti yang di contohkan oleh Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم. Santri dididik untuk berwirausaha bukan semata mencari keuntungan, tetapi untuk beribadah dan berkontribusi bagi kesejahteraan umat. Semangat ekspor bukan hanya sekedar menembus pasar global tetapi juga membawa semangat dan nilai-nilai positif agama islam di seluruh dunia.

Harapan kami, melalui pendidikan kewirausahaan di sekolah, para santri mendapat keterampilan untuk menjadi pengusahan dan menjadi pelaku ekspor di masa depan, baik sebagai produsen dan pengelola. Melalui pembelajaran kewirausahaan di pesantren, pesantren dapat menjadi pusat ekonomi umat, tempat lahirnya wirausahawan muda yang religious, kreatif, dan berwawasan global.

Daftar Pustaka
Chintya Pradilla Putri, & Zuhrinal M Nawawi. (2023). Pentingnya Pendidikan Kewirausahaan Ditanamkan Sejak Usia Sekolah Dasar dalam Perspektif Islam. Maeswara : Jurnal Riset Ilmu Manajemen Dan Kewirausahaan, 2(1), 141–158. https://doi.org/10.61132/maeswara.v2i1.603
Hurriah, A. H. (2020). Pendidikan Kewirausahaan: Konsep, Karakteristik Dan Implikasi Dalam Memandirikan Generasi Muda. JURNAL PILAR: Jurnal Kajian Islam Kontemporer, 11(1), 13.
Sitepu, N. I. (2016). Prilaku Bisnis Muhammad SAW Sebagai Entrepreneur Dalam Filsafat Ekonomi Islam. Jurnal , 1–32.
https://sumu.or.id/rasulullah-wirausahawan-teladan-penuh-akhlak/